Baca Juga
“Jangan nilai buku dari luarnya. Mending dapet buku komik yang sampulnya sederhana, daripada sampul bagus tapi ternyata buku kasbon.”
Begitu kata pepatah.
Namun sayang, meski kita tahu prinsip ini sejak dulu, praktiknya tetap saja susah.
Ketika bertemu dengan orang pertama kali, memberi skor terhadap penampilan orang adalah hal yang sering sulit dihindari.
Mulai dari warna baju yang tidak matching, dandanan yang menor, atau gaya bicara yang medok dan lucu sering kita jadikan bahan penilaian.
Padahal sejak dulu kita sudah tahu, menilai hanya dari penampilan sebenarnya merampas kesempatan kita mengenal pribadi seseorang yang sebenarnya.
Menilai orang dari luar adalah salah satu hal termudah di dunia.
Padahal jangan lupa, kita “diprogram” untuk mampu mengerti berbagai macam nuansa.
Tak dapat dipungkiri, saat bertemu bertemu orang lain.
Cara pertama yang paling mudah dilakukan untuk memberi penilaian adalah dengan melihat penampilannya.
Namun tak melulu penampilan menjadi faktor pribadi seseorang.
Seperti kisah satu ini yang mengajarkan agar tidak menilai seseorang dari penampilannya.
Rintik-rintik hujan di luar membasahi seluruh tubuhku hingga basah kuyup, dengan perasaan canggung aku berjalan masuk ke dalam ruangan VIP yang telah dipesan khusus untuk acara reunian SMA.
Dengan membungkukkan sedikit badan aku meminta maaf karena datang sedikit terlambat, aku duduk, mengambil serbet di atas meja makan dan menyeka air hujan yang menempel pada rambutku.
Xiao Bei, kamu masih sama seperti jaman SMA dulu, serampangan.
Kudengar si primadona kelas yang duduk di seberangku berkata dengan tutur bahasa yang anggun dan high profile.
Aku mengangkat kepalaku sebentar untuk melihatnya, masih sama menyebalkannya seperti jaman SMA dulu.
ia mengira karena kecantikannya tingkatannya selalu lebih tinggi dari orang lain.
Tapi kenyataannya memang benar kecantikan dibuktikan ampuh digunakan untuk menggoda para guru, teman-teman juga suka.
Saat SMA aku berada di jajaran rantai makanan terbawah.
Aku dengan berbagai alasan selalu berusaha untuk menolak acara reunian seperti ini.
Ini pertamakalinya setelah 10 tahun terlewati aku mengikuti acara seperti ini.
Dua tahun lagi aku akan berumur 30, jadi merasa tua.
Terdengar helaan nafasnya yang terkesan agak dibuat-buat.
Di sebelahnya ada tiga sampai empat teman laki-laki dan perempuan yang terus menyanjungnya.
Aku merasa lapar, kuambil sumpit dan mulai makan dengan suapan besar.
Xiao Bei, kamu makannya yang lambat tidak akan ada yang berebut denganmu kok.
Begitu bagaimana bisa ada laki-laki yang suka.
Sekali lagi si primadona kelas langsung mengataiku, aku memberinya senyuman yang sedikit kupaksakan, kemudian aku teruskan makanku.
Dulu ketika masih sekolah aku sudah sering diejek olehnya, mungkin karena sudah sepuluh tahun berlalu jadi sudah kebal.
Merasa sudah cukup kenyang aku meletakkan sumpitku, kukirimkan lokasi tempat ini agar suamiku bisa menjemputku untuk pulang.
Terlihat teman-teman juga sudah puas minum dan kenyang makannya dan mereka terlihat mulai saling mengobrol.
Bintang utamanya tentu saja si primadona kelas, dia menceritakan kisah percintaanya.
Katanya dulu ada seorang lelaki miskin yang mengejarnya ketika jaman kuliah, lelaki itu rela hidup hemat demi membelikannya hadiah.
Tiap hari minum air putih dan makan roti kukus.
Akhirnya ketika dia ulang tahun laki-laki itu menghadiahkannya sepasang anting-anting mutiara.
Mutiara itu biasanya dipakai oleh orang yang sudah cukup berumur, waktu itu karena niat laki-laki itu sangat baik maka dia tidak enak hati untuk menolaknya.
Benar, mutiara itu sama persis seperti anting mutiara yang dipakai Xiao Bei sekarang.
Si primadona kelas dengan mata tajamnya menangkap adanya mutiara putih yang samar tersembunyi di dalam rambut panjangku.
Setelah dia berkata begitu teman perempuan yang duduk disebelahku langsung menyingkapkan rambutku.
Kemudian melihat anting mutiara yang kupakai dengan teliti.
Dia berkata dengan suara hampir seperti berbisik : "ini cukup bagus kok".
"Seleramu hanya seperti itu!" Potong si primadona kelas, dia kemudian lanjut bercerita tentang si lelaki miskin yang mengejarnya dengan berbagai cara gila.
Akhirnya dia berusaha memikirkan cara untuk mengakhiri hubungan itu.
Kemudian dilanjutkan bercerita tentang betapa romantisnya lelaki kaya pewaris tunggal yang mengejarnya ahir-ahir ini.
Ketika dia bercerita tentang laki-laki kaya pewaris tunggal itu, langsung terlihat teman-teman disampingnya merespon dengan tatapan iri!
Saat ini terlihat suamiku membuka pintu ruangan privat ini dan masuk.
Dia menyapa semua orang dengan tersenyum dan sedikit menundukkan kepala, dengan tergesa-gesa aku segera berdiri dan berkata
"maaf di rumah ada sedikit urusan jadi aku harus pulang duluan".
Ketika aku tergesa-gesa dan agak sedikit keras menarik tangan suamiku agar segera pergi meninggalkan acara reunian yang sangat membosankan ini.
Malah suamiku menatap lurus kearah si primadona kelas dengan tatapan kompleks yang sulit diartikan.
Dan si primadona kelas yang tadinya sibuk bercerita dan memamerkan diri kini malah terdiam.
Aku bolak balik melihat kearah dua orang ini, pasti diantara mereka ada cerita!
Cheng Zi, lama tidak bertemu, setamat dari kuliah tidak terasa sudah lima sampai enam tahun berlalu.
Kata primadona kelas kemudian dia terlihat terdiam selama beberapa detik.
Lalu dengan gaya yang elegan dia mengangkat gelas teh yang berada di dekatnya dan minum seteguk.
En, oh iya ini istriku. Di luar sedang hujan jadi aku menjemputnya untuk pulang.
Suamiku berkata sambil menarikku kedalam pelukannya. primadona kelas terlihat mengerutkan alis mata dan berkata: "seleramu, hehe, lumayan cocok, kalian!"
Aku ingin segera menarik suamiku untuk pulang ketika mendengarnya berbicara dengan kesan mengejek.
Tidak kusangka suamiku membisikkan dua kata di samping telingaku "mantar pacar".
Setelah mendengar kata-kata itu aku langsung tersadar, laki-laki miskin yang diceritakan si primadona kelas dengan ironisnya tadi ternyata adalah suamiku.
O iya, adakah diantara kalian yang membuka perusahaan interior.
Akhir-akhir ini aku dan suamiku membeli sebuah vila dan kami ingin merenovasinya.
Tugas ini daripada kuberikan kepada orang lain lebih baik kuberikan pada teman sendiri.
Lagipula dengan begitu aku bisa lebih tenang.
Aku berkata dengan tersenyum, kata-kataku tadi ibaratnya seperti bom yang meledak di dalam hati puluhan teman SMA ku ini.
Segera aku dihadiahi oleh tatapan-tatapan cemburu.
Gurat wajah si primadona kelas terlihat sangat buruk, aku mencuri kunci mobil dari tangan suamiku, menggoyang-goyangkannya sebentar dan kemudian berkata.
"hari ini aku saja yang nyetir, aku tidak minum bir".
Sedikit kuacak asal rambutku dan kemudian aku berkata lagi
"anting-anting mutiara yang kamu hadiahi ke orang lain tidak dihargai, tetapi ini harta yang sangat berharga untukku, maaf teman-teman"
"Aku agak khawatir anak-anak kutinggal di rumah bersama pengasuh. kami pulang duluan".
Kali ini, semuanya tahu laki-laki miskin yang primadona kelas ceritakan tadi adalah suamiku, yang sekarang telah berubah menjadi orang kaya.
Si primadona kelas langsung terlihat malu ibaratnya seperti dia ingin menghilang ditelan oleh bumi saja.
Aku menggandeng lengan suamiku dan keluar dari ruangan ini dengan perasaan penuh kemenangan!
Setelah keluar dari restoran, bersama suamiku dibawah satu payung kami berjalan beriringan menuju pintu masuk kereta api bawah tanah, dengan bangga dia berkata:
"lihat, hanya dengan membeli satu gantungan kunci mobil mewah, disaat kritis seperti tadi sangat pas untuk digunakan".
Suamiku mengangkat tangannya dan mencubit pelan hidungku, dia berkata dengan nada penuh cinta :
"dasar bandel! O iya, tidak tenang anak-anak dijaga oleh pengasuh, dimana anak-anak kita, kenapa aku tidak tahu?"
Jangan khawatir. Sehabis sampai di rumah kita langsung buat.
Candaku sambil tertawa, suamiku menggenggam tanganku kemudian menciumnya dengan pelan dan berkata:
"Ada kamu, aku merasa sangat beruntung".
Ia ditertawai ''Primadona Kelas" saat Reuni, Tapi ketika Bertemu Suaminya Bikin Semua Terdiam...
4/
5
Oleh
Roy